Langsung ke konten utama

Ketika Saya 'Menemukan' Kopi



Semula berawal ketika saya diberi sebuah cerpen oleh teman saya, karangan dee yang berjudul "filosofi kopi". cerita yang sangat berkesan dan membuat saya jadi ingin mencoba untuk membuat kopi sendiri.

Awalnya hanya kopi sachetan, lalu beranjak ke kopi hitam dengan gula bahkan saya mencoba untuk memakai kreamer.

Ada beberapa teman saya yang mulai menyadari percobaan iseng-iseng saya ini, dan akhirnya mereka pun ikut mencoba. kami bersama mencari racikan yang pas untuk secangkir kopi dan akhirnya kami menemukan racikan yang pas, yaitu 3-2-1.

Dimulai dengan 3 sendok kopi, 2 sendok creamer dan 1 sendok gula. rasanya pas!

Namun seiring berjalannya waktu, saya mulai mengetahui kalau kopi ternyata lebih dari itu dan yang saya minum selama ini tidak dapat disebut sebagai 'kopi'. ada yang kurang, selalu ada perasaan hampa ketika mulut ini menyeruput kopi-kopi itu.

Tapi saya tidak tahu itu apa.

Rasa penasaran ini terus menyelimuti pikiran saya, ada kegelisahan tersendiri yang tak pernah saya pahami hingga akhirnya saya mencoba sebuah kedai kopi yang kebetulan bernama sama dengan judul cerpen dari dee lestari, yaitu Philosophie Kopi.

Tidak pakai basa basi saya langsung memesan segelas americano panas.

Seruputan pertama...

YA AMPUN PAHITNYA!!!

Itulah yang langsung saya rasakan ketika kopi itu menyentuh pangkal lidah saya, sekujur tubuh mendadak lemas, mata pun jadi merem melek. pokoknya pahit asem kecut. karena tak kuat lalu akhirnya saya campurkan dengan gula yang banyak sampai rasa kopi itu menjadi manis. tapi tetap saja pahit asam itu tetap ada dan rasa itu tak hilang hingga saya tidur.

Pahit asam kecut yang saya rasakan untuk pertama kali dalam hidup saya itu tidak menyurutkan niat saya untuk "menemukan" kopi. saya tetap kembali ke kedai kopi tersebut, memesan hampir semua menu yang berbeda tetapi kali ini saya campur dengan susu. hahaha, saya masih agak trauma dengan rasa kemarin.

Hampir setiap malam saya ke kedai kopi ini, dengan kedua sahabat saya hingga larut malam. begitu terus sampai hampir satu bulan.

Hingga suatu malam saya melihat seorang barista sedang melakukan eksperimen dengan mencampurkan kopi dengan coklat, awalnya saya hanya melihat dengan penuh tanda tanya, dan akhirnya saya pun memberanikan diri untuk berkenalan.

Kami berbincang cukup lama, perbincangan yang tak jauh dari bahasan tentang kopi. dijelaskannya saya tentang espresso, single shot maupun double shot. hmm, tak ada yang spesial pikir saya. hanya terlihat kental dan pahit saja sepertinya.

Pada akhirnya dia menjelaskan tentang kopi tubruk dan keindahannya tersembunyi yang dimilikinya. saya makin tak percaya, mungkin karena saya ngeyel, lalu barista itu mempraktekkan keahliannya. digilingnya beberapa biji kopi aceh arabica, dimasukkan kedalam gelas bubuk kopi tersebut dan disiram air panas dengan gerakan melingkar hingga setengah gelas, didiamkan sebentar lalu dia berkata

"sebentar lagi dimulai nih sulapnya"

"coba mas mana" kata saya dengan nada tak percaya.

Dia lanjut menyirami kopi yang sudah setengah gelas tadi dengan gerakan memutar, dan...

Kopi itu mulai berbusa, mengeluarkan aroma yang kuat, dan entah kenapa saya takjub pada saat itu, ini pertama kalinya saya melihat cara pembuatan kopi tubruk seperti itu, saya seperti tersihir oleh reaksi kimia yang tak bisa dijelaskan, seperti ditarik ke dalam sesuatu yang baru dengan sangat kuatnya.

"gimana mas?" tanya sang barista.

"................." saya pun hanya terdiam.

"monggo dicoba mas, nanti keburu dingin loh"

Saya tak berkata apa-apa, hanya bergerak menuju gelas kopi seraya mengambil dan menyeruput dengan perlahan.

Sluuuurp...

Apa ini? rasa apa ini? kok seperti ini? kenapa beda dengan yang biasanya?

Cairan kopi itu membasahi lidah hingga rongga mulut saya. rileks. itulah yang pertama kali saya rasakan, sensasi yang tak pernah saya dapatkan selama ini. merinding sekujur tubuhku dibuatnya, mulai dari punggung hingga tengkuk leher, pokoknya rileks.

Rasa yang dihasilkan adalah ada sedikit asam, tidak terlalu pahit dan mudah diterima bagi lidah saya yang pemula dengan kopi. saya jatuh cinta dengan kopi. itulah pikiran yang ada pada saya saat itu.

Dari sinilah petualangan 'menemukan' kopi saya dimulai.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hantu Kopi Luwak? Ada-Ada Saja

Masyarakat di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, kembali digegerkan dengan merebaknya isu setan kopi luwak. Isu tersebut sebenarnya pernah beredar pada pertengahan tahun lalu, tapi kemudian hilang begitu saja. Kini desas-desus tersebut terdengar lagi dan malah makin meluas ke daerah lain. Tokoh masyarakat Desa Mangunjaya, Kecamatan Tambun Selatan, Bekasi, Saban, 50 tahun, mengatakan setiap hari warganya membicarakan setan kopi luwak. Padahal masyarakat sendiri belum pernah melihat wujud hantu yang dipergunjingkan itu. "Katanya hanya bau yang bisa dirasakan," kata Saban, Sabtu, 30 Mei 2015. Berdasarkan laporan masyarakat, bau yang tercium itu seperti kopi baru diseduh. Aroma semerbaknya sangat kuat. Padahal tak ada warga yang sedang minum kopi atau menyeduh. "Makanya disebut setan kopi luwak," ujarnya. "Saya sendiri juga belum pernah merasakannya. Tapi banyak warga saya yang mengaku merasakannya." Laporan lain menyebutkan, setiap aroma tersebut muncul, ada

Sejarah Kopi Solong

Aceh salah satu produsen kopi didunia dan kopi arabika merupakan kopi speciality dan tidak dimiliki oleh negara lain yang mempunyai rasa dan aroma khas kopi Aceh dan sumbernya ada di Dataran Tinggi Gayo, Aceh Tengah, Aceh. Selain kopi jenis arabika, ada kopi robusrta yang tidak kalah enaknya terutama robusta Lamno Aceh Jaya, Aceh yang tiada duanya. Ini yang menjadi sumber bahan baku untuk produksi kopi terkenal di Aceh dan manca negara yaitu KOPI SOLONG, ULEE KARENG, BANDA ACEH dan saat ini menjadi icon wisata Kota Banda Aceh. Sejarah Kopi Solong dan sebutan Solong hanya legenda artinya tidak tahu pasti apa artinya, namun ini sudah melekat erat dihati penikmat kopi sejak tahun 1974. Solon kata Cek Nawi (pemilik warung kopi solong Sp.7 sekarang) hanya panggilan orang-orang terhadap ayahnya (Haji Muhammad Kasaman) yang bekerja pada orang Tionghoa saat itu dan akhirnya ayahnya mendirikan usaha bubuk kopi, sampai saat ini populer dengan nama Kopi Solong. Kopi ini diolah secara tradis

Cara Membuat Kopi Menggunakan Chemex

Ga mungkin lah kalo sobat gatau alat yang satu ini. Alat yang udah melegendaris dari tahun 1940-an, yang udah dipajang di kafe-kafe, yang selalu jadi bahasan semua orang kalo ngomongin hal-hal tentang kopi. Udah kebayang kan? Alat itu adalah Chemex. Chemex ini udah jadi alat seduh manual yang wajib punya lah, Bentuknya yang elegan nan elok di mata membuat ritual nyeduh sobat menjadi lebih mengasikkan. Chemex ini mirip dengan metode seduh V60 drip terutama dalam hal body dan rasa. langkah membuat kopinya pun hampir sama. Filter Chemex itu 20-30% lebih tebal dari yang digunakan oleh metode pour over lainnya seperti Hario V60. Hasilnya adalah secangkir kopi yang lebih kaya rasa walaupun waktu seduh lebih lama dari pour over yang lain. Meski rasa yang dihasilkan tidak sekaya menyeduh dengan French Press , tapi Chemex mampu menghasilkan secangkir kopi tanpa sedimen yang akan membuat orang lain nyaman dengan rasa yang lebih lembut. Tapi jangan seneng dulu sob, karena udah kebayang